Selasa, 24 Februari 2015

PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA




KATA PENGANTAR
                                                                                             
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas harian matakuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM yang diampu oleh bapak : Abdullah Aminuddin Aziz, M.Pd.I
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... …….i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ……ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... ……1
            Latar Belakang ………………………………………………..………………………………….. 1
            Rumusan Masalah ……………………………………………….………………………………. 2
            Tujuan Pembahasan …………………………………..………………………………………….  3
BAB II PEMBAHASAN
            Proses masuknya Islam di Asia Tenggara ……..……………………………………………….. ..4
            Faktor masuknya Islam di Asia Tenggara ………………………………………………………..
            Perkembangan Islam di Asia Tenggara …………………………………………………………..
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………. 9
            Kesimpulan ………….…………………………………………..……………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…………………………….. 14











BAB II
PEMBAHASAN


A.   Latar Belakang
            Membicarakan masalah perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara bukanlah suatu hal yang mudah. Kawasan yang secara geografis meliputi tujuh buah negara ini sungguh mempunyai identitas dan kekhasannya yang tersendiri. Negara-negara Asia Tenggara, terutama yang bergabung salam ASEAN, ditinjau dari segi sosiokultural dan perkembangan Islam, kiranya dapat di kelompokkan ke dalam empat ke lompok, yaitu negara-negara  yang penduduk muslimnya amat sedikit, seperti Thailand; negara-negera yang mayoritas warga negaranya beragama Islam, seperti Malaysia; negara-negara yang pertumbuhan ekonominya cukup lumayan tetapi negara tidak begitu memerhatikan masalah agama, seperti Singapore; dan negara yang amat meperhatikan masalah agama, khususnya Islam seperti Brunei Darussalam.
            Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah pengamat dunia Islam atau islamictis di luar negeri memberikan analisis dan komnetar yang positif tentang perkembangan Islam di Asia Tenggara, Khususnya Indonesia dan Malaysia. Karakter terpenting Islam di Asia Tenggara misalnya, watak yang lebih damai, ramah, dan toleran. Watak Islam seperti ini diakui banyak pengamat atau orentalis di masa lalu. Di antaranya, Thomas W. Arnold, dengan buku klasiknya, The Preaching of Islam (1950) yang menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan history Islam di Asia Tenggara berlansung secara damai; dalam istilah Arnold disebut sebagai penetration pacifigure.
B.  Rumusan Masalah
1)      Bagaimana proses masuknya Islam di Asia Tenggara ?
2)      Apa saja faktor- faktor yang menyebabkan masuk Islam di Asia Tenggara ?
3)      Bagaimana perkembangan Islam di Asia Tenggara ?
C.  Tujuan Masalah
1)      Untuk mengetahui proses masuknya islam di Asia Tenggara
2)      Untuk mengetahui faktor - faktor masuknya islam di Asia Tenggara
3)      Untuk mengetahui perkembangan masuknya islam di Asia Tenggara



BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses masuknya Islam di Asia Tenggara
            Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
B.  Faktor faktor yang menyebabkan Islam masuk Asia Tenggara
            Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu:
1)      Faktor Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.

2)      Faktor Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.

3)      Faktor Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

4)      Faktor Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.

5)      Faktor Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

6)      Faktor Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
            Untuk lebih jelasnya bagaimana proses masuknya Islam di Asia Tenggara ada 3 teori yang diharap mampu untuk memberikan keterangan yang lebih jelas :
Pertama, Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
Kedua, Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia  Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.
Ketiga, Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting

C.   Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Perkembangan islam di Asia tenggara terbagi menjadi 7 negara sebagaimana pembagian  secara geografis wilayah Asia Tenggara meliputi : Thailand, Myanmar, Malaysia, Filiphina, Indonesia, Singapura, Brunei Darusallam.
1.         Perkembangan Islam di Thailand
Islam masuk Thailand pada abad ke-10 masehi melalui pedagang jazirah arab. Penduduk setempat dapat menerima ajaran Islam dengan baik tanpa paksaan. Kawasan Thailand yang banyak dihuni umat muslim adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Wilayah Pattani adalah salah satu wilayah Thailand yang pernah mengukir sejarah gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, negeri ini menjadi sebuah negara Islam terbesar di Asia Tenggara dengan nama kerajaan Islam Pattani Darussalam. Orang arab menyebutnya Al- Fathoni. Pattani jatuh ke tangan Thailand pada tahun 1785 setelah kerajaan Thailand mengirimkan intelijen untuk mencari rahasia kelemahan Pattani. Karena ifat liciknya Thailand sehingga dapat meruntuhkan kekuasaan Pattani.
Jumlah umat muslim di Thailand relative kecil, berkiar 2 % . Sumber lain mengatakan bahwa ada sekitar 10% dan jumlah penduduk Thailand. Namun dengan keadaan yang demikian mereka terus bertahan  dan berusaha berdakwah. Namun dalam kondisi ekonomi yang tertinggal dari pengusaha Cina yang beragama Budha.  Demikian pula dalam bidang politik, pemerintahan Thailand yang didominasi penganut Budha sangat meminggirkan umat muslim. Salah satu kebijakan pemerintahan Thailand yang merugikan kaum muslim adalah memerintahkan kepada umat Budha agar menyebar ke daerah selatan Thailand yang dihuni umat Islam.
Dalam presentasenya, penduduk muslim di Negeri Gajah Putih hanya sekitar 5,5% dari keseluruhan warga Thailand. Fakta kuantitatif tersebut menyebabkan mereka teersingkir secara sosial dan politik. Karena hal itu, muncullah gerakan perlawan “Dar Al-Islam”. Dar Al-Islam merupakan gerakan militant yang berrtujuan untuk memisahkan  diri dari belenggu ketidakadilan dari pemerintahan kerajaan Thai (bangsa Siam/ Ayuthaya).
2.         Perkembangan Islam di Malaysia
Tidak adanya dokumen yang lengkapmengenai kedatangan Islam ke Malaysia menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam menyebar ke Negara ini. Azmi menngatakan ertama kali ke Malaysia sejak abad ke-7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah Argument bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang islam sudah sampai ke gugusan pulau-pulau Melayu.
Hipotesis lain ditemukan baha islam dating pertama kali sekitar abad ke-8 H (14 M, dikatakan demikian karena terdapat penemuan Batu bersurat di Trengamu yang bertanggal 702H/ 1303 M). Batu bersurat tersebut ditulis dengan bahasa Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah . Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M. Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum Islam dating ke tanah Melayu. Orang-orang Melayu adalah penganut Animisme, Hinduisme, dan Budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, Islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.

3.         Perkembangan Islam di Brunei Darussalam
Brunei merdeka sebagai Negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yakni sulatan Hassanal Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah. Berbeda dengan negara Indonesia yang menjuluki ketua negaranya dengan Presiden, negara brunei menjuluki  ketua negaranya dengan  panggilan resmi sultan. Setelah merdeka Brunei menjadi sebuah negara Melayu Islam Ber-raja.
Sebelum abad ke-16, Brunei memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di wilayah kalimanatan dan Filipina. Sesudah merdeka, ditahun 1984 Brunei kembali menunjukkan usaha serius bagi memulihkan nafas ke-islaman dalam suasana politik yang baru. Sultan telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan dengan membentuk Majelis Agama Islam atas dasar UU agama dan Mahkamah Kadi tahun 1995. Majelis ini bertugas menasehati sultan dalam masalah agama Islam.
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki kontitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Perdana menteri dan Menteri  Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat kesultanan dan beberapa Menteri, yang dipilih dan diketahui oleh Sultan itu sendiri. Langkah lain yang ditempuh sultan untuk menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai pandangan hidup rakyat Brunei dan satu-satunya ideologi negara. Untuk itu dibentuk jabatan hal Ehwal Agama yang bertugas menyebarkan paham Islam. Baik kepada pemerintah beserta aparatnya maupun kepada masyarakat luas.
4.         Perkembangan Islam di Filiphina
Sejarah masuknya Islam di filiphina tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio-cultural wilyah Negara Filiphina sebelum kedatangan Islam. Sebelum kedatangan Islam, Filiphina merupakan wilayah yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh pendududk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh penduduk setempat. Dikarenakan ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mereka lakukan sebelum kedatangan Islam. Ditemukan bukti oleh ahli sejarawan pada abad ke-16 dan abad 17 bahwasanya Agama yang dianut penduduk Asia Tenggara sebelum datangnya Islam mayoritas  menganut agama nenek moyang (agama Dinamisme dan Animisme) yang dibuktikan dengan banyajnya upacara pemujaan untuk orang yang meninggal. Hal ini tentu sekali tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang menentang keras penyembahan berhala dan politeisme. Namun Islam dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa dalam Islam memiliki cara tersindiri yang menjamin arwah orang yang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat diterima masyarakat. Dari sudut pandang lain  skala perdagangan yang semakin maju pesat pada penghujung abad ke-14 memberi peluang pertukaran informasi dibidang ilmu pengetahuan maupun agama pada saat bertemunya pedagang dari berbagai penjuru negeri.
Diantara semua agama dimuka bumi ini, agam Islam yang paling serasi dengan dunia perdagangan. Baik bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist dalam agama Islam banyak memuji kepada pedagang yang dapat dipercaya. Oleh karena itu orang yang cenderung bergerak ddunia perniagaan lebih terpikat dengan ajaran Islam. Mulai saat itu, Islam terus memperluas secara cultural baik dengan jalur perkawinan antar etnis  hingga jalur politik.
Pada penghujung akhir abad ke-14 seorang raja terkenal dari manguindanao memeluk Islam, dari sinilah Islam mulai dirintis diwilayah ini. Gelar raja kemudian berubah menjadi Datuk sebagai panggilan resmi Negara.

5.         Perkembangan Islam di Indonesia
Masuknya agama Islam di Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski beberapa pendapat mengenai keadtangan agama Islam di Indonesia, mayoritas para ahli sejarah mempercayai bahwa pada abad ke-7 Islam masuk ke Indonesia. Didukung dengan datangnya berita dari Cina pada zaman Dinasti Tang, dalam berita itu tercatat pada abad ke-7 terdapat pemukiman pedagang muslim dari Arab di desa Baros, Sumatra Utara.
Perkembangan Islam di Indonesia menonjol pada abad ke-13 bersamaan dengan tumnbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini merujuk pada catatan Marco Polo yang menerangkan bahwa  ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M dan berjumpa  dengan orang-orang yang menganut agama Islam. Bukti lain yang memerkuat tentang pendapat ini ialaha ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik Al- Saleh tahun 1297.
Jika diurutkn dari Sabang ke Merauke, pertama kali Islam masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut letak strategisnya Perlak yang berada didaerah selat Malaka, yang notabene selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya dalah kerjaan Samudra Pasai. Di pulau Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara pulau Jawa yang ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 H/ 1082 M di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirajkan Fatimah ialah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Disamping itu, di Gresik juga ditemukan makam Sunan Maulana Malik Ibrahim dari kasyan(suatu tempat di Persia) yang meningggal pada tahun 822 H/ 1419 M.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada Abad ke-18. Di hulu sungai Pawan di Ketapang Kallimanatan Barat ditemuan pemakaman Islam kuno. Angka tertua pada pemakaman tersebut adalah tahun 1340 saka/ 1418 M. Dapat disimpulkan bahwa Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Dikalimantan Timur, Islam masuk melalui kerajaan kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (Ahli Khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal ini masuknya Islam ke Sulawesi ini terctat pada Lontara Bilang. Menurut

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar