KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA”. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas harian matakuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM yang diampu
oleh bapak : Abdullah Aminuddin Aziz, M.Pd.I
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... …….i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ……ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... ……1
Latar Belakang
………………………………………………..………………………………….. 1
Rumusan Masalah
……………………………………………….………………………………. 2
Tujuan Pembahasan
…………………………………..…………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
Proses masuknya
Islam di Asia Tenggara ……..……………………………………………….. ..4
Faktor masuknya
Islam di Asia Tenggara ………………………………………………………..
Perkembangan Islam
di Asia Tenggara …………………………………………………………..
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………. 9
Kesimpulan ………….…………………………………………..………………………………
11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…………………………….. 14
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang
Membicarakan
masalah perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara bukanlah suatu hal yang
mudah. Kawasan yang secara geografis meliputi tujuh buah negara ini sungguh
mempunyai identitas dan kekhasannya yang tersendiri. Negara-negara Asia
Tenggara, terutama yang bergabung salam ASEAN, ditinjau dari segi sosiokultural
dan perkembangan Islam, kiranya dapat di kelompokkan ke dalam empat ke lompok,
yaitu negara-negara yang penduduk muslimnya amat sedikit, seperti
Thailand; negara-negera yang mayoritas warga negaranya beragama Islam, seperti
Malaysia; negara-negara yang pertumbuhan ekonominya cukup lumayan tetapi negara
tidak begitu memerhatikan masalah agama, seperti Singapore; dan negara yang
amat meperhatikan masalah agama, khususnya Islam seperti Brunei Darussalam.
Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah pengamat dunia
Islam atau islamictis di luar negeri memberikan analisis dan komnetar yang
positif tentang perkembangan Islam di Asia Tenggara, Khususnya Indonesia dan
Malaysia. Karakter terpenting Islam di Asia Tenggara misalnya, watak yang lebih
damai, ramah, dan toleran. Watak Islam seperti ini diakui banyak pengamat atau
orentalis di masa lalu. Di antaranya, Thomas W. Arnold, dengan buku klasiknya,
The Preaching of Islam (1950) yang menyimpulkan bahwa penyebaran dan
perkembangan history Islam di Asia Tenggara berlansung secara damai; dalam
istilah Arnold disebut sebagai penetration pacifigure.
B. Rumusan Masalah
1)
Bagaimana
proses masuknya Islam di Asia Tenggara ?
2)
Apa saja
faktor- faktor yang menyebabkan masuk Islam di Asia Tenggara ?
3)
Bagaimana perkembangan
Islam di Asia Tenggara ?
C. Tujuan Masalah
1)
Untuk
mengetahui proses masuknya islam di Asia Tenggara
2)
Untuk
mengetahui faktor - faktor masuknya islam di Asia Tenggara
3)
Untuk
mengetahui perkembangan masuknya islam di Asia Tenggara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses
masuknya Islam di Asia Tenggara
Islam
masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para
sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di dunia lainnya yang disebarluaskan
melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan
damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima
masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan
Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya didahului oleh
interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab,
India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5
sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang
yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat
sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim
yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
B. Faktor faktor yang menyebabkan Islam masuk
Asia Tenggara
Menurut
Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada
enam, yaitu:
1)
Faktor Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses
masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan
pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan
India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan
perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil
mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah
mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa
dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai
Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk
Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi
karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka
kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2)
Faktor
Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang
Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk
menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin
luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada
pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah
mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak
raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian
turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden
Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri
Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah
(Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3)
Faktor Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini
puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan
kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di
Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan
di abad ke-20 M ini.
4)
Faktor
Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di
pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan
agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing
atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang
didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.
Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama
Islam.
5)
Faktor Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian
besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi
dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian
lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan
sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
6)
Faktor Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam
setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan
Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik,
kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan
kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu
masuk Islam.
Untuk
lebih jelasnya bagaimana proses masuknya Islam di Asia Tenggara ada 3 teori
yang diharap mampu untuk memberikan keterangan yang lebih jelas :
Pertama, Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di
beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang
kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga
penguasa local yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman
lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok
pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha
menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing
menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir
tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan
mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan
beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
Kedua, Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan
para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan
politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum
pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu
mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan
keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian
dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan
kultur daerah setempat.
Ketiga, Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan
elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi
kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan
bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang
lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya
berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang
lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran
lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh
para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran
lslam yang sangat penting
C. Perkembangan Islam di Asia
Tenggara
Perkembangan islam di Asia tenggara terbagi menjadi 7 negara
sebagaimana pembagian secara geografis
wilayah Asia Tenggara meliputi : Thailand, Myanmar, Malaysia, Filiphina,
Indonesia, Singapura, Brunei Darusallam.
1.
Perkembangan
Islam di Thailand
Islam masuk Thailand pada abad ke-10 masehi melalui pedagang
jazirah arab. Penduduk setempat dapat menerima ajaran Islam dengan baik tanpa
paksaan. Kawasan Thailand yang banyak dihuni umat muslim adalah wilayah bagian
selatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Wilayah Pattani adalah salah satu wilayah Thailand yang pernah
mengukir sejarah gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, negeri ini menjadi
sebuah negara Islam terbesar di Asia Tenggara dengan nama kerajaan Islam
Pattani Darussalam. Orang arab menyebutnya Al- Fathoni. Pattani jatuh ke
tangan Thailand pada tahun 1785 setelah kerajaan Thailand mengirimkan intelijen
untuk mencari rahasia kelemahan Pattani. Karena ifat liciknya Thailand sehingga
dapat meruntuhkan kekuasaan Pattani.
Jumlah umat muslim di Thailand relative kecil, berkiar 2 % . Sumber
lain mengatakan bahwa ada sekitar 10% dan jumlah penduduk Thailand. Namun
dengan keadaan yang demikian mereka terus bertahan dan berusaha berdakwah. Namun dalam kondisi
ekonomi yang tertinggal dari pengusaha Cina yang beragama Budha. Demikian pula dalam bidang politik, pemerintahan
Thailand yang didominasi penganut Budha sangat meminggirkan umat muslim. Salah
satu kebijakan pemerintahan Thailand yang merugikan kaum muslim adalah
memerintahkan kepada umat Budha agar menyebar ke daerah selatan Thailand yang
dihuni umat Islam.
Dalam presentasenya, penduduk muslim di Negeri Gajah Putih hanya
sekitar 5,5% dari keseluruhan warga Thailand. Fakta kuantitatif tersebut
menyebabkan mereka teersingkir secara sosial dan politik. Karena hal itu,
muncullah gerakan perlawan “Dar Al-Islam”. Dar Al-Islam merupakan gerakan
militant yang berrtujuan untuk memisahkan
diri dari belenggu ketidakadilan dari pemerintahan kerajaan Thai (bangsa
Siam/ Ayuthaya).
2.
Perkembangan
Islam di Malaysia
Tidak adanya dokumen yang lengkapmengenai kedatangan Islam ke Malaysia
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam menyebar
ke Negara ini. Azmi menngatakan ertama kali ke Malaysia sejak abad ke-7 M. Pendapatnya
ini berdasarkan pada sebuah Argument bahwa pada pertengahan abad tersebut,
pedagang islam sudah sampai ke gugusan pulau-pulau Melayu.
Hipotesis lain ditemukan baha islam dating pertama kali sekitar
abad ke-8 H (14 M, dikatakan demikian karena terdapat penemuan Batu bersurat di
Trengamu yang bertanggal 702H/ 1303 M). Batu bersurat tersebut ditulis dengan
bahasa Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para
penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran
Rasulullah . Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M.
Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum Islam dating ke tanah Melayu.
Orang-orang Melayu adalah penganut Animisme, Hinduisme, dan Budhisme. Namun
demikian, sejak kedatangannya, Islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan
diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.
3.
Perkembangan
Islam di Brunei Darussalam
Brunei merdeka sebagai Negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29,
yakni sulatan Hassanal Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah. Berbeda dengan negara
Indonesia yang menjuluki ketua negaranya dengan Presiden, negara brunei
menjuluki ketua negaranya dengan panggilan resmi sultan. Setelah merdeka
Brunei menjadi sebuah negara Melayu Islam Ber-raja.
Sebelum abad ke-16, Brunei memainkan peranan penting dalam
penyebaran Islam di wilayah kalimanatan dan Filipina. Sesudah merdeka, ditahun
1984 Brunei kembali menunjukkan usaha serius bagi memulihkan nafas ke-islaman
dalam suasana politik yang baru. Sultan telah melakukan usaha penyempurnaan
pemerintahan dengan membentuk Majelis Agama Islam atas dasar UU agama dan
Mahkamah Kadi tahun 1995. Majelis ini bertugas menasehati sultan dalam masalah
agama Islam.
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak
pemerintahan monarki kontitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Perdana
menteri dan Menteri Pertahanan dengan
dibantu oleh Dewan Penasihat kesultanan dan beberapa Menteri, yang dipilih dan
diketahui oleh Sultan itu sendiri. Langkah lain
yang ditempuh sultan untuk menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai
pandangan hidup rakyat Brunei dan satu-satunya ideologi negara. Untuk itu
dibentuk jabatan hal Ehwal Agama yang bertugas menyebarkan paham Islam. Baik
kepada pemerintah beserta aparatnya maupun kepada masyarakat luas.
4.
Perkembangan
Islam di Filiphina
Sejarah masuknya Islam di filiphina
tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio-cultural wilyah Negara Filiphina
sebelum kedatangan Islam. Sebelum kedatangan Islam, Filiphina merupakan wilayah
yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan
baik oleh pendududk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat masuk dan
diterima dengan baik oleh penduduk setempat. Dikarenakan ajaran Islam dapat
mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mereka lakukan sebelum kedatangan
Islam. Ditemukan bukti oleh ahli sejarawan pada abad ke-16 dan abad 17
bahwasanya Agama yang dianut penduduk Asia Tenggara sebelum datangnya Islam
mayoritas menganut agama nenek moyang (agama
Dinamisme dan Animisme) yang dibuktikan dengan banyajnya upacara pemujaan untuk
orang yang meninggal. Hal ini tentu sekali tidak sejalan dengan ajaran agama
Islam yang menentang keras penyembahan berhala dan politeisme. Namun Islam
dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa dalam Islam memiliki cara tersindiri
yang menjamin arwah orang yang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang,
yang ternyata dapat diterima masyarakat. Dari sudut pandang lain skala perdagangan yang semakin maju pesat
pada penghujung abad ke-14 memberi peluang pertukaran informasi dibidang ilmu
pengetahuan maupun agama pada saat bertemunya pedagang dari berbagai penjuru
negeri.
Diantara semua agama dimuka bumi
ini, agam Islam yang paling serasi dengan dunia perdagangan. Baik bersumber
dari Al-Qur’an maupun Hadist dalam agama Islam banyak memuji kepada pedagang
yang dapat dipercaya. Oleh karena itu orang yang cenderung bergerak ddunia
perniagaan lebih terpikat dengan ajaran Islam. Mulai saat itu, Islam terus
memperluas secara cultural baik dengan jalur perkawinan antar etnis hingga jalur politik.
Pada penghujung akhir abad ke-14
seorang raja terkenal dari manguindanao memeluk Islam, dari sinilah Islam mulai
dirintis diwilayah ini. Gelar raja kemudian berubah menjadi Datuk sebagai
panggilan resmi Negara.
5.
Perkembangan
Islam di Indonesia
Masuknya agama Islam di Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski
beberapa pendapat mengenai keadtangan agama Islam di Indonesia, mayoritas para
ahli sejarah mempercayai bahwa pada abad ke-7 Islam masuk ke Indonesia.
Didukung dengan datangnya berita dari Cina pada zaman Dinasti Tang, dalam
berita itu tercatat pada abad ke-7 terdapat pemukiman pedagang muslim dari Arab
di desa Baros, Sumatra Utara.
Perkembangan Islam di Indonesia menonjol pada abad ke-13 bersamaan
dengan tumnbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini merujuk
pada catatan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M
dan berjumpa dengan orang-orang yang
menganut agama Islam. Bukti lain yang memerkuat tentang pendapat ini ialaha
ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik Al- Saleh tahun 1297.
Jika diurutkn dari Sabang ke Merauke, pertama kali Islam masuk di
Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut letak strategisnya Perlak yang
berada didaerah selat Malaka, yang notabene selat Malaka merupakan jalur
perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya dalah kerjaan Samudra
Pasai. Di pulau Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara pulau Jawa yang
ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang
wafat pada tahun 475 H/ 1082 M di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten
Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirajkan Fatimah ialah keturunan Hibatullah,
salah satu dinasti di Persia. Disamping itu, di Gresik juga ditemukan makam Sunan
Maulana Malik Ibrahim dari kasyan(suatu tempat di Persia) yang meningggal pada
tahun 822 H/ 1419 M.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh
bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada Abad ke-18. Di hulu
sungai Pawan di Ketapang Kallimanatan Barat ditemuan pemakaman Islam kuno.
Angka tertua pada pemakaman tersebut adalah tahun 1340 saka/ 1418 M. Dapat
disimpulkan bahwa Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal
dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa
kuno. Dikalimantan Timur, Islam masuk melalui kerajaan kutai yang dibawa oleh
dua orang penyiar agama dari minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan
Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan
Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (Ahli Khotbah) dari Demak. Di
Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di
Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.
Hal ini masuknya Islam ke Sulawesi ini terctat pada Lontara Bilang. Menurut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar